29 September 2008

ARTIKEL PERTANIAN (THL-TBPP BJB)

BUDIDAYA PADI ORGANIK

(Oryza Sativa L)

Oleh :

Fahrul Zani, SST


Pendahuluan

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Pertanian organik merupakan tuntutan zaman, bahkan sebagai pertanian masa depan. Akhir – akhir ini kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan makin meningkat. Oleh karena dibudidayakan tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia maka produk pertanian organik inipun terbebas dari residu zat berbahaya. Manusia sebagai konsumen akhir produk pertanian akan merasa aman dan terjaga kesehatannya.

Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar. Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan bibit atau benih tanaman non-hibrida. Selain mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit non-hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara organik.

Teknik Budidaya Padi Organik

Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaan hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar.

Pemilihan Varietas

Tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami. Agar berproduksi maksimal, jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia. Memang dampak pertanian modern yang hanya menggunakan varietas unggul atau hibrida adalah merosotnya kenekaragaman hayati varietas alami. Untunglah dari berbagai survey diperoleh bahwa masih ada beberapa tempat di Indonesia yang sawah petaninya ditanami varietas alami. Oleh karena itu, untuk keperluan penanaman padi organik, petani tidak terlalu sulit mendapatkan benihnya.

Padi varietas alami dapat dipilih untuk ditanam secara organik antara lain adalah rojolele, mentik, pandan, dan lestari. Di Indonesia, padi rojolele merupakan padi berkualitas terbaik untuk dikonsumsi sehingga harganyapun paling mahal. Sayangnya padi rojolele tergolong berumur dalam, yaitu dipanen setelah berumur 150 hari atau lima bulan setelah tanam. Sementara padi pandan, lestari, dan mentik berumur genjah yaitu sekitar 100 hari atau sekitar tiga bulan sudah dapat panen. Memang kualitas padi pandan, lestari dan mentik tidak sebagus padi rojolele, tetapi masih banyak konsumen yang menyukainya karena rasanya pulen dan empuk.

Pembenihan

Pembenihan merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi karena pada umumnya ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan terlebih dahulu ditempat lain. Pembenihan pada budidaya padi secara organik pada dasarnya tidak berbeda dengan pembenihan pada budidaya padi biasa.

  1. Seleksi Benih

Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik walaupun perawatan seperti pemberian pupuk dan pengendalian hama dan penyakit sudah dilakukan dengan benar. Umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit, dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki. Benih yang baikpun harus tinggi daya kecambahnya, paling tidak harus mencapai 90 %. Benih dengan kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan tanaman yang sehat, kekar, kokoh dan pertumbuhan seragam.

  1. Kebutuhan Benih

Salah satu kebutuhan umumnya dilakukan petani Indonesia tetapi sudah dianggap biasa adalah penggunaan benih yang berlebihan. Petani biasanya menyediakan benih sampai sekitar 45 kg untuk setiap hektar tanah yang akan ditanaminya. Dengan asumsi jarak tanam rata – rata 25 cm 25 cm maka setiap hektarnnya

Sawah akan dapat memuat 160.000 rumpun bibit padi. Bila setiap rumpun terdiri dari 4 bibit padi maka jumlah butir gabah yang diperlukan sebanyak 640.000. berat gabah berbas sebanyak itu hanyalah sekitar 20 – 25 kg saja. Dengan asumsi daya tumbuh 90 5 maka jumlah benih yang dibutuhkan maksimal hanya 30 kg.

  1. Penyiapan Tempat Pembenihan

Menyiapkan tempat pembenihan pada prinsipnya sama dengan menyiapkan lahan pertanaman. Bagian sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkul merata sedalam kira – kira 30 cm. Selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara pencangkulan ulang menjadi bagian – bagian yang lebih kecil dan selanjutnya diinjak – injak sampai lumer. Bersamaan dengan penghalusan ini, lahan sawah dapat ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 40 kg setiap 35 m 2 dengan cara ditebar merata. Selanjtnya pupuk kandang tersebut diinjak – injak sehingga menyatu dengan tanah. Bila tanah tidak cukup subur ( dapat dilihat dari tingkat kesuburan tanaman sebelumnya ), jumlah pupuk kandang yang diberikan dapat ditingkatkan menjadi 100 kg per 35 m 2. Cara pemberiannya sama dengan pada tanah subur.

  1. Mengecambahkan Benih

Benih yang sudah terseleksi selanjutnya dikecambahkan dahulu sebelum disebar di persemaian. Caranya, benih direndam dalam air bersih selama sekitar dua hari sehingga menyerap air. Air pada benih ini akan digunakan dalam proses perkecambahan.

Penyiapan lahan

Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan – bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan halus. Selain kehalusan tanah, ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. Bila air penanaman cukup banyak maka akan banyak unsur hara dalam koloid yang dapat larut. Keadaan ini akan berakibat makin banyak unsur hara yang dapat diserap akar tanaman.

Butiran tanah yang lunak dan halus ini disebut koloid. Di dalam koloid ini terikat bermacam – macam unsur hara yang penting bagi tanaman sperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan kalsium (Ca). Langkah awal pengolahan tanah sawah adalah memperbaiki pematang sawah. Perbaikan pematang sawah dilakukan dengan cara ditinggikan dan lubang – lubang ditutup kembali. Adanya lubang memungkinkan air dapat keluar dari lahan. Pembajakan dapa dilakukan dengan menggunakan traktor atau cara tradisional dengan tenaga hewan ( biasanya memanfaatkan kerbau ). Kedua cara ini dapat dipilih asalkan tujuan pembajakan dapat tercapai, yaitu pembalikan tanah. Selain pembalikan tanah, pembajakanpun bermanfaat untuk mengendalikan gulma.

Tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas. Pada kedalaman tertentu, produksi padi akan maksimal seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Kedalaman Pengolahan Tanah Terhadap Hasil Panen.

Kedalaman Pengolah Tanah ( cm )

Hasil Panen ( g/rumpun )

8

12

16

20

24

28

32

12,4

18,2

20,8

23,2

26,4

27,9

27,5

Sumber : Hadrian Siregar, 1987

Penanaman

Bila lahan sudah siap ditanami dan bibit dipersemaian sudah memenuhi syarat maka penanaman akan segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk dipindahkan kelahan penanaman adalah sekitar 25 cm, memiliki 5 -6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit, serta jenisnya seragam.

Umur bibit berpengaruh terhadap produktivitas. Varietas genjah ( 100-115 hari ), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 18 -21 hari. Varietas sedang ( sekitar 130 hari ), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 21 – 25 hari. Sementara varietas dalam sekitar 150 hari, umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 30 – 45 hari. Jarak tanam di lahanpun mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas padi. Penentuan jarak tanam sendiri dipengaruhi oleh dua factor, yaitu sifat varietas dan kesuburan tanah. Bila varietasnya memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari padi yang memiliki sifat merumpun rendah. Sementara bila sawah lebih subur, jarak tanam harus lebih subur, jarak tanam harus lebih lebar dibanding tanah kurang subur. Jarak tanam yang paling banyak digunakan petani di Indonesia adalah 25 cm 25 cm dan 30 cm 30 cm. jumlah bibit yang dimasukkan kedalam setiap rumpun adalah 3 -4 tergantung kondisi bibit dan sifat varietas. Bila kondisi bibitnya kokoh dan sehat serta varietasnya berumpun banyak amak setiap rumpun cukup ditanam sebanyak tiga bibit saja..

Di banyak tempat sering terjadi bibit dibenamkan terlalu dalam, terlebih pada tanah yang melumpur lunak sempurna. Padahal bibit yang terlalu dalam dibenamkan akan berakibat pada berkurangnya jumlah anakan tanaman. Ini terjadi karena semakin dalam pembenamannya maka akan semakin berkurang suhu tanahnya sehingga mata tunas yang ad dibagian bawah bibit tidak akan memperoleh rangsangan berbentuk anakan. Tabel 2 menunjukkan pengaruh kedalaman pembenaman bibit terhadap hasil panen.

Tabel 2. Pengaruh Kedalaman Pembenaman Bibit terhadap Produktivitas

Kedalaman

Jumlah Bulir/Rumpun

Hasil Gabah/1,5 m2


2,5 cm

5,0 cm

7,5 cm


9,7

9,0

8,7



1,08 kg

1,10 kg

0,98 kg

Pemeliharaan

  1. Penyulaman

Penyulaman sebaiknya dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. Bila lebih lama, masaknya padi akan tidak serentak.

  1. Penyiangan

Lahan yang diolah sempurna memang tampak sudah bersih dari berbagai macam benih tanaman pengganggu atau gulma. Oleh karena itu penyiangan sangat diperlukan agar tanaman padi dapat tumbuh sempurna sehingga produktivitasnya semakin tinggi. Gulma yang sering mengganggu pertanaman padi umumnya berupa jenis rerrumputan yang bijinya dapat disebarkan angin. Oleh karena itu, penyebaran rerumputan di areal persawahan sangat cepat. Selainjenis rerumputan, gulma pada tanaman padi pun dapat berupa tanaman lain seperti eceng. Adapun beberapa jenis gulma pada tanaman padi sebagai berikut :

  • Jajagoan,

  • Sunduk gangsir,

  • Rumput Teki,

  • Eceng .

Cara penyiangan dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara mencabut gulma. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar empat minggu, kedua umur 35 hari, dan ketiga umur 55 hari.

  1. Pemasukan dan Pengeluaran air

Meskipun secara umum air yang tergenang dibutuhkan padi sawah namun ada saatnya sawah harus dikeringkan agar pertumbuhan dan produktivitas baik. Adapun penggenangan sawah harus dilakukan pada saat :

  1. Awal Pertumbuhan

Tinggi genangan 2-5 cm dari permukaan tanah dilaksanakann selama 15 hari dengan tujuan agar struktur tanah yang diperoleh saat pengolahan dapat dipertahankan & juga dapat menghambat pertumbuhan gulma.

  1. Pembentukan Anakan

Pada fase ini ketinggian genangan adalah 3-5 cm bila > 5 cm pembentukan anakan/tunas terhambat sedangkan jika <>

  1. Masa Bunting

Pada masa ini, air dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga ketinggian air sekitar 10 cm karena apabila pada fase ini kekurangan air dapat berakibat matinya primordia.

  1. Pembungaan

Air dipertahankan antara 5-10 cm. bila tampak keluar bunga sawah perlu dikeringkan selama 4-7 hari agar bunga berlangsung secara serentak. Setelah bunga muncul serentak air dimasukkan lagi dengan ketinggian 5-10 cm. Sedangkan pengeringan sawah dilakukan pada saat :

  • Menjelang Bunting

Pengeringan ini bertujuan untuk menghentikan pembentukan anakan atau tunas karena pada saat ini tanaman mulai memasuki fase pertumbuhan generated. Lama pengeringan lahan sekitar 4-5 hari.

  • Pemasakan Biji

Tujuannya adalah untuk menyeragamkan biji & mempercepat pemasakan biji, sebagai patokan pengeringan adalah saat seluruh bulir padi mulai menguning pengeringan ini dilaksanakan hingga saat padi dipanen.

  1. Pemupukan

Ciri utama budidaya padi organic adalah tidak menggunakan pupuk kimia atau pupuk buatan pabrik. Seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organiK, mulai dari pemupukan awal atau dasar hingga pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapat berbentuk padat yang diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat daun.

  1. Pupuk Dasar

Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton/ha. Pupuk kandang diberikan bersamaan dengan pembajakan kedua. Cara pemberiannya dengan disebarkan merata keseluruh permukaan tanah. Terkadang untuk memperoleh pupuk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton agak sulit. Sebagai gantinya dapat digunakan pupuk fermentasi atau bokashi ini lebih hemat dibanding pupuk kandang atau kompos, cukup 1,5 – 2 ton/ha. Selain hemat, penggunaan pupuk fermentasi pun lebih baik karena mengandung mikroba pengurai sebagai tambahan kesuburan tanah.

  1. Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan pada budidaya padi secara organik dilakukan tiga tahap selama satu musim tanam. Pemupukan tahap pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 15 hari. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang matang sebanyak 1 ton/ha sedangkan untuk fermentasi sebanyak 0,5 ton/ha. Pemupukan susulan kedua dilakukan saat tanaman berumur 25 – 60 hari dengan frekuensi seminggu sekali. Jenis pupuk yang digunakan pupuk organik cair buatan sendiri yang kandungan unsur N nya tinggi. Dosisnya sebanyak 1 liter pupuk yang dilarutkan dalam 17 liter air. Cara pemberiannya dengan disemprotkan pada daun tanaman. Pemupukan susulan ketiga dilakukan pada saat tanaman memasuki fase generatif atau pembentukan buah, yaitu setelah tanaman berumur 60 hari. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik cair yang mengandung unsure P dan K tinggi. Dosisnya 2-3 sendok makan pupuk P organik yang dicampur dalam 15 liter atau satu tangki kecil pupuk K organik. Pupuk tersbut disemprotkan ke tanaman dengan frekuensi seminggu sekali. Pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah tampak menguning.

  1. Hama dan Penyakit

Hama yang penting yang sering menyerang tanaman padi secara organic adalah sebagai berikut :

  1. Wereng

Ciri serangan yaitu menghisap cairan pada pangkal batang & bulir padi yang masih lunak sehingga tanaman menjadi layu, menguning dan mati. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organik, teknik budidaya.

  1. Walang Sangit

Ciri serangan yaitu menghisap bulir-bulir padi yang baru berisi sehingga menyebabkan bulir padi hampa. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Penggerek Batang

Ciri serangan yaitu menyerang pada fase bunting/ berbunga sehingga menjadi kering karena pangkalnya terpotong. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Ganjur

Ciri serangan yaitu memakan bagian tanaman diantara dasar titik tumbuh dan pucuk tanaman. Sehingga daun menjadi mirip seperti daun bawang merah. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Tikus

Ciri serangan menyerang tanaman padi ulai dari masih dipersemaian, stadia vegetatif maupun setelah pembentukan biji. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organik, teknik budidaya.

  1. Burung Pemakan Biji-bijian

Hama ini memakan biji yang sudah berisi baik yang masih muda maupun siap panen. Pengendaliannya yaitu secara mekanis, menakut-nakuti dengan pembuatan orang –orang disekitar pertanaman padi tersebut.

Penyakit yang penting yang sering menyerang tanaman padi sawah secara organik adalah :

  1. Bercak Coklat

Gejala serangan : timbul bercak-bercak coklat seperti biji wijen pada daun/gabah, sehingga dapat berakibat kehilangan hasil sampai 50 % dan kualitas biji rendah. Pengendalian dengan memperbaiki kesuburan tanah, penyemprotan fungisida organik.

  1. Blash

Gejala serangan yaitu muncul bercak berbentuk seterti mata pada daun padi. Pengendaliannya dengan menghindari prnggunaan pupuk buatan berkadar N tinggi. Dan juga bias disemprot dengan fungisida organik.

  1. Tungro

Tungro Gejala serangan yaitu tanaman menjadi kerdil dan daun berwarna kuning/orange serangan terjadi pada tanaman yang masih muda. Pengendalian dengan sanitasi lingkungan dan mnggunakan serangga vector untuk mengendalikan wereng.

  1. Panen

Panen apabila butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80 % & tangkainya sudah menunduk. Pada saat panen Batang disisakan setinggi 20 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya gabah bisa ditransfer lebih lanjut.


PUSTAKA

Andoko Agus,2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sutanto Rachman,2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta.

Sutedjo.MM.Ir dan Kartasapoetra,Ir. 1988. Budidaya Tanaman Padi Pasang Surut. Bina Aksara: Jakarta.

Tidak ada komentar: