01 November 2008

KEGIATAN THL-TBPP KOTA BANJARBARU

FORUM PENGENDALIAN THL-TB PENYULUH PERTANIAN
KOTA BANJARBARU YANG KE-2



Dalam rangka peningkatan kinerja Penyuluh Pertanian serta Kapasitas kemampuan Sumber Daya Manusia dalam hal ini Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Kota Banjarbaru telah mengadakan Forum Pengendalian THL-TBPP yang Ke-II (dua) yang bertempat di Aula Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Cempaka yang dihadiri Oleh Bapak Ir. H. Denny D. Suan, MS selaku Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru beserta Bapak Ir. Syamsul Bakhri selaku Kepala Bidang Informasi dan Penyuluhan beserta Staf, Bapak Sartiyuni selaku Kepala Bidang Dasipeg Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Banjarbaru, Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan diwakili oleh Ir. H. Sunarko beserta Rekan, Bapak H. Sumedi, SP selaku Ketua DPD PERHIPTANI Kota Banjarbaru, Pejabat Fungsional Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota banjarbaru dalam hal ini diwakili Ibu Ika Damayanti, SP , Koordinator BPP Cempaka, Koordinator BPP Banjarbaru, Bagian Programa BPP Landasan Ulin, Penyuluh Pertanian, perikanan dan Kehutanan PNS, dan seluruh THL-TB Penyuluh Pertanian Kota banjarbaru serta Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) yang ada di kota Banjarbaru.



Kegiatan Pertemuan tersebut tidak lain sebagai ajang silaturahmi dan koordinasi kegiatan THL-TBPP se-Kota Banjarbaru. Dalam pertemuan tersebut Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru memberikan pandangan bahwa dengan adanya THL-TBPP kegiatan pertanian dalam hal ini pembinaan terhadap petani maupun dalam kelompoktani sangat baik sehingga mereka terfasilitasi. Begitu pula halnya dari Kepala Bidang Dasipeg BKD Kota banjarbaru beliau memberikan pengarahan walaupun THL-TBPP berasal dari Pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pertanian keberadaanya didaerah sangat membantu dalam kegiatan pertanian khususnya dalam pembinaan petani. maka dengan itu Beliau juga meminta agar Seluruh THL-TBPP beserta PPTK melengkapi administrasi sehingga dapat terdata di BKD Kota Banjarbaru. Pada kesempatan tersebut pula Ketua DPD PERHIPTANI Kota Banjarbaru, H. Sumedi, SP juga sangat mengharapkan kepada Pihak BKD agar keberadaan THL-TBPP diperhatikan serta difasilitasi serta kinerjanya lebih efektif.








Dalam acara tersebut juga THL-TBPP Kota Banjarbaru dalam hal ini diwakili oleh Koordinator THL-TBPP yaitu Sudarta, SP menyampaikan/ memaparkan tentang ekspose kegiatan THL-TBPP se-Kota Banjarbaru dimana peran THL-TBPP sangat membantu dalam pembangunan pertanian di Kota Banjarbaru sehingga para pelaku utama dan pelaku usaha dibidang pertanian sangat terbantu baik itu dalam memfasilitasi mereka tentang penyusunan RDK dan RDKK didalam Kelompoktani , membina kelompok tani, mengadakan penyuluhan untuk menyebarkan informasi teknologi pertanian dengan metode dan media penyuluhan yang tepat sasaran, berupa kegiatan SeKolah Lapang dan Metode Sistem LAKU serta memfasilitasi petani dalam akses permodalan. Pertemuan tersebut juga sangatlah bermanfaat dalam bertukar informasi serta pengalaman tentang pertanian di Wilayah Binaan Para Penyuluh yang tentu sangat beragam jenis usahatani yang digeluti oleh para petani maupun kelompoktani.






My message :
Improving to continue progress of Agriculture of us, from today till to come and be confidence you can, ok ??



Ditulis Oleh :
FAHRUL ZANI, SST
THL-TBPP Kota Banjarbaru
Wilayah Binaan Kelurahan Landasan Ulin Selatan.

18 Oktober 2008

PUPUK BERSUBSIDI HANYA UNTUK PETANI LUASAN MAKSIMAL 2 HA

Menteri Pertanian Anton Apriyantono telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian No 42 Tahun 2008 tentang kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2009. Dalam Permentan ini ditetapkan bahwa peruntukan pupuk bersubsidi hanya diberikan kepada petani, pekebun atau peternak dengan luas usaha tani maksimal 2 hektar perkeluarga petani. Sedangkan untuk pembudidaya ikan atau udang dengan luas usaha maksimal 1 hektar. Ditetapkan pula bahwa perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan atau perikanan budidaya tidak berhak mendapatkan pupuk bersubsidi. Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi ini maka setiap petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan atau udang wajib mengajukan usulan permintaan dengan mengisi Rencana Definitif Kebutuhan kelompok Tani (RDKK).

Penyusunan RDKK ini harus mendapatkan persetujuan dari petugas teknis (Dinas yang membidangi tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan pembudidaya ikan atau udang yang di setiap kabupaten berbeda-beda penamaannya), penyuluh pertanian atau kepala cabang dinas setempat di tingkat kecamatan. Harga Eceran Tertinggi (HET) jenis pupuk bersubsidi (perkg) adalah urea seharga Rp. 1200, ZA seharga Rp. 1.050, Superphos seharga Rp. 1.550, NPK Phonska seharga Rp. 1.750, NPK Pelangi seharga Rp. 1.830, NPK Kujang seharga Rp. 1.586, Pupuk Organik seharga Rp. 500.-


Sumber :
http://www.sinartani.com/nasional/pupuk-bersubsidi-hanya-petani-luasan-maksimal-2-ha-1223885897.htm

TANGGAPAN

Terima kasih kami ucapkan atas segala komentar-komentar yang masuk di Blog kami dan sebisa mungkin kami usahakan melengkapi dan memasukkan data2 tersebut, komentarnya sangat berarti bagi kami dalam lebih sempurnanya isi blog yang kami buat, yang nantinya dapat bermanfaat lebih baik buat kemajuan Pertanian di Kota Banjarbaru.

ttd.
Pengelola Blog THL-TBPP kota Banjarbaru

16 Oktober 2008

Wilayah Kerja

THL-TB Penyuluh Pertanian Kota Banjarbaru Berada pada Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru yang WIlayah Kerja Binaan Penyuluhan Pertanian (WKBPP) tersebar di 3 (tiga) Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Yaitu :
1. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Landasan Ulin, mencakup 2 Kecamatan Yaitu : Kec.Landasan Ulin dan Kec.Liang Anggang
2. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Banjarbaru, mencakup 2 Kecamatan yaitu : Kec. Banjarbaru Utara dan Kec.Banjarbaru Selatan
3. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Cempaka, mencakup Kecamatan Cempaka

Pada Balai-Balai Penyuluhan tersebut merupakan home base para Penyuluh Pertanian PNS, Penyuluh Perikanan PNS, POPT-PHP PNS, Mantri Tani dan Penyuluh Kehutanan PNS, Beserta para THL-TBPP dan semuanya tersebar di seluruh Kelurahan yang ada di Kota Banjarbaru. Untuk Kota Banjarbaru Terdapat 20 Orang THL-TB Penyuluh Pertanian yang berasal dari berbagai disiplin Ilmu dibidang Pertanian mulai dari S1 pertanian, Diploma IV Penyuluhan Pertanian, Diploma III Pertanian dan SPP/ SPMA/ SNAKMA. Adapun daftar namanya :
I. Angkatan 2007
1. Sudarta, SP
2. Dwi Noorhayati
3. Amruddin
4. Yopie Apriannor
5. Lies Fachriany
II. Angkatan 2008
1. Fahrul Zani, SST
2. Pulujaya Wu'I, SP
3. Akhmad Rozani, SP

4. Erna Susanti, SP
5. Dorpi Helwina Siahaan, SP
6. Eddy Sugianto
7. Noor Hayati, SP
8. Wahyuddin Noor, SP
9. Dana Aprillas Bunga, SP
10. Rohim
11. Muhammad Ruslan, A.Md
12. Ir. Aning Widi Harini

13. Hidayat Karnadi, SP
14. Yuanita Meirindawati, SST
15. Saida Fithria, SP



07 Oktober 2008

Keadaan Tanah Kota Banjarbaru

Wilayah Kota Banjarbaru berada pada ketinggian 0–500 m dari permukaan laut, dengan ketinggian 0–7 m (33,49 %), 7-25 m (48,46 %), 25-100 m (15,15 %), 100-250 m (2,55 %) dan 250-500 m (0,35 m). Adapun kondisi fisik tanah yang dapat dipergunakan untuk menggambarkan kondisi efektif per-tumbuhan tanaman adalah kelerengan, kedalaman efektif tanah, drainase, keadaan erosi tanah, dapat dijelaskan sebagai berikut :
  • Klasifikasi Kelerengan Kota Banjarbaru adalah kelerengan 0-2 % mencakup 59,35 persen luas wilayah, kelerengan 2-8 % mencakup 25,78 persen wilayah, kelerengan 8-15% mencakup 12,08 persen wilayah.
  • Klasifikasi Kedalaman efektif tanah terbagi dalam empat kelas yaitu kedalaman <> 90 cm. Kota Banjarbaru secara umum mem punyai kedalaman efektif lebih 90 cm dimana jenis-jenis tanaman tahunan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
  • Drainase di Kota Banjarbaru tergolong baik, secara umum tidak terjadi penggenangan. Namun ada daerah yang tergenang periodik yaitu tergenang kurang dari 6 (enam) bulan, terdapat di Kecamatan Landasan Ulin yang merupakan peralihan daerah rawa (persawahan) di Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh.

Berdasarkan Peta Kemampuan Tanah Skala 1 : 25.000, erosi tidak terjadi di wilayah Kota Banjarbaru. Berdasarkan Peta Geologi tahun 1970, batuan di Kota Banjarbaru terdiri dari Alluvium (Qha) 48,44 persen, Martapura (Qpm) 37,71 persen, Binuang (Tob) 3,64 persen, Formasi Kerawaian (Kak) 2,26 persen, Formasi Pitap (Keputusan Presiden) 3,47 %. Jenis tanah terbentuk dari faktor-faktor pembentuk tanah antara lain : batuan induk, iklim, topografi, vegetasi dan waktu. Tiap jenis tanah mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik tanah tersebut misalnya berkaitan tingkat kepekaan nya terhadap erosi, kesuburan tanah, tekstur tanah dan konsistensi tanah.

Berdasarkan peta skala 1 : 50.000 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1974, di wilayah Kota Banjarbaru terdapat 3 (tiga) kelompok jenis tanah yaitu Podsolik (63,82%), Lathosol (6,36%) dan Organosol (29,82%)

Sumber :

http://id.banjarbarukota.go.id/keadaan_tanah.html
Tahun 2008

Posisi Geografis Kota Banjarbaru


Kota Banjarbaru terletak pada perlintasan utama kota-kota di Kalimantan Selatan. Ruas jalan utama Kalsel yakni Jalan Jendral Achmad Yani, membelah Kota Banjarbaru menjadi 2 sisi.
Kota Banjarbaru berbatasan dengan daerah lain di Kalimantan Selatan sebagai berikut:

Batas wilayah Kota Banjarbaru sebagai berikut :
  • Utara, berbatasan dengan Kecamatan Martapura Kab. Banjar
  • Timur, berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan Kab. Banjar
  • Barat, berbatasan dengaan Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh Kab. Banjar
  • Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Bati – Bati Kab. Tanah Laut
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 Kota Banjarbaru terbagi atas 3 (tiga) wilayah kecamatan dan 12 (dua belas) kelurahan. Luas wilayah Kota Banjarbaru adalah 371,30 km2 (37.130 ha).

sumber :
http://id.banjarbarukota.go.id/posisi_geografis.html
tahun 2008

04 Oktober 2008

ARTIKEL PERTANIAN (THL-TBPP BJB)

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

( Elaeis guineensis Jacq. )

OLeh :

Fahrul Zani, SST

THL-TBPP Kota Banjarbaru

I. PENDAHULUAN

Pertanian pada hakekatnya merupakan usaha yang sangat bergantung pada alam. Meski terkadang dapat direkayasa dengan teknologi namun sebagian besar akan masih menjadi ganjalan utama pada pengembangan pertanian kita sehingga iklim & lahan merupakan komponen utama yang mempengaruhi keberhasilan usaha tani. Oleh karena itu maka dalam berusaha tani petani haruslah melakukan upaya demi kelestarian alam agar usaha taninya berhasil dan berkelanjutan.

Pada sub-sektor perkebunan pada masa yang akan datang dihadapkan pada globalisasi perdagangan internasional, karena itu perhatian harus dapat difokuskan pada komoditas-komoditas unggulan yang dapat bersaing pada pasar domestik dan pasar internasional. Yang merupakan salah satu komoditas unggulan tersebut adalah kelapa sawit yang merupakan bahan baku dari berbagai industri diantaranya industri mentega, minyak goreng, farmasi, kosmetik, indiustri sabun dan lain-lain.

Kelapa sawit (Elaeis) termasuk golongan tumbuhan palma. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit pertama kali ditanam secara massal pada tahun 1911 di daerah asalnya, Afrika Barat. Namun kegagalan penanaman membuat perkebunan dipindahkan ke Kongo.Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Dia baru diusahakan sebagai tanaman komersial pada tahun 1912 dan ekspor minyak sawit pertama dilakukan pada tahun 1919.

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan baker dan arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0 - 500 meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000-2500 mm setahun.

II. DASAR TEORI TEKNIS

2.1 Pembibitan

Pembibitan tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara generatif dan saat ini sudah dilakukan kultur jaringan untuk memperbanyak benih kelapa sawit.

1. Persyaratan benih

Benih untuk bibit kelapa sawit saat ini dapat disediakan oleh 6 (enam) produsen benih resmi dalam negeri yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT London Sumatera (Lonsum), PT Socfin, PT Tunggal Yunus Estate, PT Dami Mas Sejahtera dan PT Bina Sawit Makmur. Benih-benih yang dihasilkan oleh produsen resmi ini mempunyai kualitas sangat baik ini berasal dari induk jelas asal usulnya seperti Delidura dan bapak Pisifera.

Kelapa sawit Jenis Dura, biasanya ditanam sebagai pohon induk dengan ciri-ciri :

• Ciri-ciri; daging buah tipis (20-65%)

• Tempurung tebal (20-50%)

• Biji tebal (4-20%)

Kelapa sawit Jenis Pisifera, biasanya ditanam sebagai tanaman serbuk sari dengan ciri-ciri :

• Ciri-ciri; daging buah tebal (92-97%)

• Tidak ada tempurung

• Biji kecil (3-8%)

Kelapa sawit Jenis Tenera, biasanya ditanam di perkebunan kelapa sawit dengan ciri-ciri :

• Ciri-ciri; daging buah sedang (60-96%)

• Tempurung tipis (3-20%)

• Biji sedang (3-15%)

2. Pengecambahan benih

a. Cara PPKS Medan

1) Tangkai buah dilepaskan dari spikeletnya.

2) Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-sekali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.

3) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air dan masukkan kedalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit. Keringkan dan seleksi untuk memperoleh biji yang berukuran seragam.

4) Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 27ÂşC dan kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.

b. Cara lainnya

1) Rendam biji dalam air selama 6 – 7 hari dan ganti air tiap hari, lalu rendam dalam larutan Dithane M - 45 0,2% selama 2 menit. Biji dikeringanginkan.

2) Masukan biji kedalam kaleng pengecembahan dan tempatkan dalam ruangan dengan temperatur 39ÂşC dan kelembaban 60 – 70% selama 60 hari. Setiap 7 hari benih dikeringanginkan selama 3 menit.

3) Setelah 60 hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20 – 30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan biji ke dalam larutan Dithane M – 45 0,2% selama 1 – 2 menit.

4) Simpan benih diruangan bersuhu 27ÂşC. Setelah 10 hari benih berkecambah pada hari ke 30 tidak digunakan lagi.

3. Teknik pembibitan benih berkecambah

Terdapat dua teknik pembibitan yaitu (1) cara dua tahap melalui dederan (prenursery) dan (2) cara langsung tanpa dederan. Lahan pembibitan dibersihkan, diratakan dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman. Jarak tanam biji dipembibitan adalah 50 x 50 cm, 60 x 60 cm, 65 x 65 cm, 70 x 70 cm, 80 x 80 cm, 85 x 85 cm, 90 x 90 cm atau 100 x 100 cm dalam bentuk segitiga sama sisi. Jadi kebutuhan bibit per hektar antara 12.500 sampai 25.000 butir.

a. Cara tak langsung

1). Dederan

Kecambah dimasukkan ke dalam polybag 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm berisi 1,5 – 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah di tanam sedalam 2 cm. Tanah di polybag harus selalu lembab. Simpan polybag dibedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai bibit dipindah tanamkan ke pembibitan.

2). Pembibitan

Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polybag 40 x 50 cm atau 45 x 60 cm setebal 0,1 mm yang berisi 15 – 30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah di dalam polybag sampai lembab. Polybag disusun diatas lahan yang telah diratakan dan diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak seperti disebutkan diatas.

b. Cara langsung

Kecambah langsung ditanam di dalam polybag ukuran besar seperti pada cara pembibitan.Cara ini menghemat tenaga dan biaya.

4. Pemeliharaan pembibitan/penyemaian

a. Pemeliharaan dilakukan pada bibit di dederan dan di pembibitan :

  1. Penyiraman dilakukan dua kali sehari kecuali jika ada hujan lebih dari 7 – 8 mm. Kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiap polybag.
  2. Gulma dibuang/dicabut atau disemprot herbisida setiap 3 bulan. Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Cara lain mencegah gulma adalah menaburkan serasah di polybag.
  3. Bibit yang tumbuh abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetic harus dibuang. Seleksi dilakukan pada saat berumur 4 dan 9 bulan.
  4. Pemupukan dilakukan berapa kali selama masa pembibitan dan diberikan dalam larutan urea atau pupuk majemuk.

b. Pemberian pupuk di pembibitan

  1. Umur bibit 4 – 5 minggu larutan urea 0,2%, 3 – 4 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu rotasi.
  2. Umur bibit 6 – 7 larutan urea 0,2%, dosis 4 – 5 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu rotasi.
  3. Umur bibit 8 – 16 minggu ; rustica 15.15.6.4 dosis 1 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
  4. Umur bibit 17 – 20 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 5 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
  5. Umur bibit 21 – 28 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 8 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
  6. Umur bibit 29 – 40 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 15 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
  7. Umur bibit 41 – 48 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 17 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

5. Pembiakan dengan Kultur Jaringan

Bahan pembiakan berupa sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman dengan tingkat produksi tinggi danpertumbuhan tanaman seragam.

6. Seleksi bibit

Bibit diseleksi dua kali yaitu di pembibitan pendahuluan (dederan) dan pembibitan

utama. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang dengan ciri-ciri :

a. Bibit tumbuhan meninggi dan kaku.

b. Bibit terkulai.

c. Anak daun tidak membelah sempurna.

d. Terkena penyakit.

e. Anak daun tidak sempurna.

2.2 Pengolahan Media Tanam

Lahan untuk pertanaman kelapa sawit dapat berupa areal bekas hutan, bekas perkebunan karet atau lainnya dan areal yang sebelumnya ditanami kelapa sawit. Pembukaan lahan dilakukan secara mekanis, kimia atau manual.

2.3 Teknik Penanaman

1. Penentuan Pola Tanaman

Ketika tajuk belum saling menutup, kelapa sawit dapat ditumpang sari dengan segalajenis tanaman pangan/buah-buahan seperti nanas. Tetapi jika tajuk telah saling menutup, hanya tanaman yang naungan dapat ditanam diantara dibarisan kelapa sawit/kelapa sawit ditanam dengan pola monokultur.

2. Pembuatan Lubang Tanaman

Pengajiran perlu dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat yang akan dibuat lubang tanam. Air dipasang pada jarak 9 x 9 x 9 m dalam pola segitiga. Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50 x 40 cm sedalam 40 cm, sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jika areal berbukit, dibuat teras melingkari buki dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3. Cara Penanaman

Sebaiknya kelapa sawit ditanam pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polybag.

  1. Lubang tanam dipupuk dengan pupuk fosfat agropholsrock phosphate 250 g/lubang.
  2. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukan bibit kedalam lubang.
  3. Timbun bibit dengan galian tanah atas, padatkan dengan tangan. Permukaan tanah bibit harus sama rata dengan permukaan tanah.
  4. Beri mulsa di setiap batang.

2.4 Pemeliharaan Tanaman

1. Penyulaman dan Penjarangan

Tanaman yang mati/tidak tumbuh dengan baik disulam dengan bibit berumur 10 – 14 bulan. Penyulaman dilakukan pada saat musim hujan dan biasanya meliputi 3 – 5% untuk setiap hektar. Sebaiknya dalam satu hektar hanya ada 130 tanaman agar tidak ada persaingan sinar matahari. Penjarangan dilakukan pada tanaman yang tidak sehat dan menyebabkan terhalangnya sinar matahari.

2. Penanaman Tanaman Penutup Tanah

Penting sekali untuk menanam tanaman legum penutup tanah untuk mempertahankankelembaban, menekan gulma dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.Legum yang ditanami adalah centrocenma pubescens, pueraria javanica, phosphocarpus palusleris dan calopogonium mucunoides.

3. Penyiangan

Tanaman di sekitar kelapa sawit yaitu pada lingkungan berdiameter 1 – 2 m harus bersih dari gulma. Pemberantasan gulma dilakukan secara mekanis (dicabut, dikored) dan disemprot herbisida.

4. Pemupukan

Tanah tropis kekurangan unsur hara N, P dan K sehingga ketiga unsur hara tersebut harus ditambah melalui pemupukan anorganik yang terdiri dari 1.3 kg N, 0.2 kg P dan 1.8 kg K untuk setiap tanaman selama satu tahun. Kekurangan unsur N, P, K dan Mg menghambat pertumbuhan kelapa sawit sehingga tanaman jadi kerdil, kekurangan boron pada tanaman muda dapat mematikan tanaman. Jenis dan dosis serta waktu aplikasi pupuk anjuran dari Balai Penelitian Perkebunan adalah sebagai berikut :

a. Untuk tanaman yang belum berproduksi, pupuk N, P, K, Mg dan B ditabur merata dalam piringan dari jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tanduk dengan dosis sebagai berikut :

• Urea : dosis 2,0 – 2,5 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

• KCl : dosis 2,5 – 3,0 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

• Kieserite : dosis 1,0 – 1,5 kg/pohon/tahun, 1 kali pemberian.

• SP-36 : dosis 0,75 – 1,0 kg/pohon/tahun, 1 kali pemberian.

• Borax : dosis 0,05 – 0,1 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

b. Untuk tanaman yang telah berproduksi, pupuk N ditabur mulai jarak 50 cm dari pokok sampai dipinggir luar piringan, pupuk P, K dan Mg ditabur merata pada jarak 1 – 3 m dari pokok dan pupuk ditabur pada jarak 30 – 50 cm dari pokok, dengan dosis sebagai berikut :

• Urea : dosis 0,4 – 0,6 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

• KCl : dosis 0,25 – 0,3 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

• Kieserite : dosis 0,2 – 0,5 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

• SP-36 : dosis 0,1 – 0,2 kg/pohon/tahun, 1 kali pemberian.

• Borax : dosis 0,02 – 0,05 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

c. Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua diakhir musim hujan (Maret – April).

5. Pemangkasan Daun

Pemangkasan bertujuan untuk memperoleh tanaman yang bersih, jumlah daun optimal dan memudahkan panen, terdapat tiga jenis pemangkas yaitu :

a. Pemangkas pasir

Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16 –20 bulan.

b. Pemangkas produksi

Memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada tanaman berumur 20 – 28.

c. Pemangkas pemelihara

Membuang daun-daun songgo dan secara rutin sehingga pada pokok tanamn hanya terdapat sejumlah 28 – 54 helai.

6. Kastarasi Bunga

Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12 – 20 bulan.

7. Penyerbukan Buatan

Bunga jantan dan betina pada kelapa sawit letaknya terpisah dan masaknya tidak bersamaan sehingga penyerbukan alami kurang intensif. Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dilakukan penyerbukan buatan oleh manusia atau oleh serangga.

a. Penyerbukan oleh manusia

Dilakukan pada saat tanaman berumur 2 – 7 minggu pada bunga yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir. Adapun cara penyerbukan tersebut yaitu :

1. Buka seludang bunga.

2. Campurkan serbuk sari pada talk murni (1 : 2). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium.

3. Semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.

b. Penyerbukan oleh serangga

Serangga penyerbuk Elaeidobius Camerunicus yang tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas pada saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan bunga lebih besar, bentuk bunga lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti meningkat sampai 30%. Kekurangan cara ini buah sulit rontok dan tandan harus dibelah dua dalam pemrosesan.

2.5 Hama dan Penyakit

a. Hama

1). Nematoda

Penyebab rhadinaphelenchus cocophilus. Bagian yang diserang adalah akar. Gejala yang ditimbulkan adalah : pusat mahkota mengerdil, daun baru tergulung dan tegak, daun berubah warna menjadi kuning dan mengering, tandan buah menjadi busuk. Pengendalian : dengan meracuni pohon dengan natrium arsenit dan setelah mati dibongkar dan dibakar.

2). Tunggau

Penyebab : Tunggau Merah (Oliganycus). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala : daun menjadi mengkilap dan daun berwarna bronz. Pengendalian menggunakan aktrisida tetradifon 0,1 – 0,2%.

3). Ulat Setora

Penyebab setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala : daun dimakan sehingga yang tersisa hanya lidinya saja. Pengendalian menggunakan insektisida Hosation 25 UI.V, sevin 85 ES, Dursban 20 EC pada konsentrasi 0,2 – 0,3%.

4). Oil Palm Bunch Moth

Penyebab Tiorathaba mudella. Bagian yang diserang adalah buah muda dan kadang-kadang tandan buah. Gejala : buah muda berlubang, tandan buah busuk. Pengendalian menggunakan insektisida dipteres/thiodam (0,55 kg/370 liter air). Selain itu dilakukan pemberantasan biologi dengan parasit tabuhan dan lalat parasit.

5). Kumbang Oryctes

Penyebab oryctes rhynoceros. Bagian yang diserang adalah titik tumbuh, bakal daun. Gejala daun seperti terpotong gunting; pada serangan berat serangga akan mati. Pengendalian peningkatan sanitasi dan pemberantasan biologi dengan parasit jamur.

6). Babi hutan dan tikus

Babi hutan dan tikus biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang masih muda. Untuk hama tikus biasanya pengendalian dilakukan dengan menggunakan/memelihara burung hantu.

b. Penyakit

1). Root Blast

Penyebab : rhizoctonia lamcllifera dan Phythium Sp. Bagian yang diserang adalah akar. Gejala : bibit persemaian mati mendadak. Tanaman dewasa layu dan mati. Selain itu terlihat adanya pembusukan akar. Pengendalian : pembuatan persemai yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, pengendalian bibit lebih dari 11 bulan.

2). Garis Kuning

Penyebab fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala : bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.

3). Dry Basal Rot

Penyebab ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala : pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering, daun muda mati dan kering. Pengendalian adalah dengan menanam bibit yang telah di inokulasi.

2.6 Panen

1. Umur Panen

Kelapa sawit setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan. Sedikitnya 61% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 pohon tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

2. Cara Panen

Buah dari pohon yang masih rendah diambil dengan dodos sedangkan untuk pohon yang tinggi diambil dengan agrek (arit bergagang bambu panjang). Cara panen adalah :

a. Umur tanaman 4 tahun; hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100 kg/ha.

b. Umur tanaman 5 tahun; hasil minyak = 750 kg/ha, hasil inti = 150 kg/ha.

c. Umur tanaman 6 tahun; hasil minyak = 1000 kg/ha, hasil inti = 200 kg/ha.

d. Umur tanaman 7 tahun; hasil minyak = 1300 kg/ha, hasil inti = 260 kg/ha.

e. Umur tanaman 8 tahun; hasil minyak = 1600 kg/ha, hasil inti = 320 kg/ha.

f. Umur tanaman 9 tahun; hasil minyak = 1900 kg/ha, hasil inti = 380 kg/ha.

g. Umur tanaman 10 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 400 kg/ha.

h. Umur tanaman 11 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 440 kg/ha.

i. Umur tanaman 12 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 450 kg/ha.

Hasil tersebut masih dibawah satandar produksi minyak kelapa sawit di Asia Tenggara yang rata-rata 5 ton/ha dan Malaysia yang dapat mencapai 6 – 8 ton/ha.

3. Pasca Panen

Tandan buah diletakkan dalam piringan buah yang lepas disatukan dan dipisahkan dari tandan. Tandan buah dibawa dari tempat pengumpulan buah (TPB) dengan truk dapat ditunda. Di PTB tandan diatur dalam berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen. Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah, dilumatkan didalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.

PUSTAKA

Endang Syamsuddin & Ch. Hutauruk. 1982. Pemberantasan Gulma di Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Marihat. Pematang Siantar.

Endang Syamsuddin, Herman Halim & Ch Hutauruk. 1984. Pedoman teknis Pengawasan Mutu Panen. Pusat Penelitian Marihat. Pematang Siantar.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit, 2007

http://warintek.progressio.or.id/, 1999. Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq. )

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Suheimi Syukur & A.U. Lubis. 1982. Seleksi Bibit Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Marihat. Pematang Siantar.

29 September 2008

Seluruh THL-TBPP Kota Banjarbaru

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H
Mohon Maaf Lahir & Batin

ARTIKEL PERTANIAN (THL-TBPP BJB)

BUDIDAYA PADI ORGANIK

(Oryza Sativa L)

Oleh :

Fahrul Zani, SST


Pendahuluan

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Pertanian organik merupakan tuntutan zaman, bahkan sebagai pertanian masa depan. Akhir – akhir ini kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan makin meningkat. Oleh karena dibudidayakan tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia maka produk pertanian organik inipun terbebas dari residu zat berbahaya. Manusia sebagai konsumen akhir produk pertanian akan merasa aman dan terjaga kesehatannya.

Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar. Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan bibit atau benih tanaman non-hibrida. Selain mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit non-hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara organik.

Teknik Budidaya Padi Organik

Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaan hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar.

Pemilihan Varietas

Tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami. Agar berproduksi maksimal, jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia. Memang dampak pertanian modern yang hanya menggunakan varietas unggul atau hibrida adalah merosotnya kenekaragaman hayati varietas alami. Untunglah dari berbagai survey diperoleh bahwa masih ada beberapa tempat di Indonesia yang sawah petaninya ditanami varietas alami. Oleh karena itu, untuk keperluan penanaman padi organik, petani tidak terlalu sulit mendapatkan benihnya.

Padi varietas alami dapat dipilih untuk ditanam secara organik antara lain adalah rojolele, mentik, pandan, dan lestari. Di Indonesia, padi rojolele merupakan padi berkualitas terbaik untuk dikonsumsi sehingga harganyapun paling mahal. Sayangnya padi rojolele tergolong berumur dalam, yaitu dipanen setelah berumur 150 hari atau lima bulan setelah tanam. Sementara padi pandan, lestari, dan mentik berumur genjah yaitu sekitar 100 hari atau sekitar tiga bulan sudah dapat panen. Memang kualitas padi pandan, lestari dan mentik tidak sebagus padi rojolele, tetapi masih banyak konsumen yang menyukainya karena rasanya pulen dan empuk.

Pembenihan

Pembenihan merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi karena pada umumnya ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan terlebih dahulu ditempat lain. Pembenihan pada budidaya padi secara organik pada dasarnya tidak berbeda dengan pembenihan pada budidaya padi biasa.

  1. Seleksi Benih

Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik walaupun perawatan seperti pemberian pupuk dan pengendalian hama dan penyakit sudah dilakukan dengan benar. Umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit, dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki. Benih yang baikpun harus tinggi daya kecambahnya, paling tidak harus mencapai 90 %. Benih dengan kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan tanaman yang sehat, kekar, kokoh dan pertumbuhan seragam.

  1. Kebutuhan Benih

Salah satu kebutuhan umumnya dilakukan petani Indonesia tetapi sudah dianggap biasa adalah penggunaan benih yang berlebihan. Petani biasanya menyediakan benih sampai sekitar 45 kg untuk setiap hektar tanah yang akan ditanaminya. Dengan asumsi jarak tanam rata – rata 25 cm 25 cm maka setiap hektarnnya

Sawah akan dapat memuat 160.000 rumpun bibit padi. Bila setiap rumpun terdiri dari 4 bibit padi maka jumlah butir gabah yang diperlukan sebanyak 640.000. berat gabah berbas sebanyak itu hanyalah sekitar 20 – 25 kg saja. Dengan asumsi daya tumbuh 90 5 maka jumlah benih yang dibutuhkan maksimal hanya 30 kg.

  1. Penyiapan Tempat Pembenihan

Menyiapkan tempat pembenihan pada prinsipnya sama dengan menyiapkan lahan pertanaman. Bagian sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkul merata sedalam kira – kira 30 cm. Selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara pencangkulan ulang menjadi bagian – bagian yang lebih kecil dan selanjutnya diinjak – injak sampai lumer. Bersamaan dengan penghalusan ini, lahan sawah dapat ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 40 kg setiap 35 m 2 dengan cara ditebar merata. Selanjtnya pupuk kandang tersebut diinjak – injak sehingga menyatu dengan tanah. Bila tanah tidak cukup subur ( dapat dilihat dari tingkat kesuburan tanaman sebelumnya ), jumlah pupuk kandang yang diberikan dapat ditingkatkan menjadi 100 kg per 35 m 2. Cara pemberiannya sama dengan pada tanah subur.

  1. Mengecambahkan Benih

Benih yang sudah terseleksi selanjutnya dikecambahkan dahulu sebelum disebar di persemaian. Caranya, benih direndam dalam air bersih selama sekitar dua hari sehingga menyerap air. Air pada benih ini akan digunakan dalam proses perkecambahan.

Penyiapan lahan

Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan – bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan halus. Selain kehalusan tanah, ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. Bila air penanaman cukup banyak maka akan banyak unsur hara dalam koloid yang dapat larut. Keadaan ini akan berakibat makin banyak unsur hara yang dapat diserap akar tanaman.

Butiran tanah yang lunak dan halus ini disebut koloid. Di dalam koloid ini terikat bermacam – macam unsur hara yang penting bagi tanaman sperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan kalsium (Ca). Langkah awal pengolahan tanah sawah adalah memperbaiki pematang sawah. Perbaikan pematang sawah dilakukan dengan cara ditinggikan dan lubang – lubang ditutup kembali. Adanya lubang memungkinkan air dapat keluar dari lahan. Pembajakan dapa dilakukan dengan menggunakan traktor atau cara tradisional dengan tenaga hewan ( biasanya memanfaatkan kerbau ). Kedua cara ini dapat dipilih asalkan tujuan pembajakan dapat tercapai, yaitu pembalikan tanah. Selain pembalikan tanah, pembajakanpun bermanfaat untuk mengendalikan gulma.

Tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas. Pada kedalaman tertentu, produksi padi akan maksimal seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Kedalaman Pengolahan Tanah Terhadap Hasil Panen.

Kedalaman Pengolah Tanah ( cm )

Hasil Panen ( g/rumpun )

8

12

16

20

24

28

32

12,4

18,2

20,8

23,2

26,4

27,9

27,5

Sumber : Hadrian Siregar, 1987

Penanaman

Bila lahan sudah siap ditanami dan bibit dipersemaian sudah memenuhi syarat maka penanaman akan segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk dipindahkan kelahan penanaman adalah sekitar 25 cm, memiliki 5 -6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit, serta jenisnya seragam.

Umur bibit berpengaruh terhadap produktivitas. Varietas genjah ( 100-115 hari ), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 18 -21 hari. Varietas sedang ( sekitar 130 hari ), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 21 – 25 hari. Sementara varietas dalam sekitar 150 hari, umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 30 – 45 hari. Jarak tanam di lahanpun mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas padi. Penentuan jarak tanam sendiri dipengaruhi oleh dua factor, yaitu sifat varietas dan kesuburan tanah. Bila varietasnya memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari padi yang memiliki sifat merumpun rendah. Sementara bila sawah lebih subur, jarak tanam harus lebih subur, jarak tanam harus lebih lebar dibanding tanah kurang subur. Jarak tanam yang paling banyak digunakan petani di Indonesia adalah 25 cm 25 cm dan 30 cm 30 cm. jumlah bibit yang dimasukkan kedalam setiap rumpun adalah 3 -4 tergantung kondisi bibit dan sifat varietas. Bila kondisi bibitnya kokoh dan sehat serta varietasnya berumpun banyak amak setiap rumpun cukup ditanam sebanyak tiga bibit saja..

Di banyak tempat sering terjadi bibit dibenamkan terlalu dalam, terlebih pada tanah yang melumpur lunak sempurna. Padahal bibit yang terlalu dalam dibenamkan akan berakibat pada berkurangnya jumlah anakan tanaman. Ini terjadi karena semakin dalam pembenamannya maka akan semakin berkurang suhu tanahnya sehingga mata tunas yang ad dibagian bawah bibit tidak akan memperoleh rangsangan berbentuk anakan. Tabel 2 menunjukkan pengaruh kedalaman pembenaman bibit terhadap hasil panen.

Tabel 2. Pengaruh Kedalaman Pembenaman Bibit terhadap Produktivitas

Kedalaman

Jumlah Bulir/Rumpun

Hasil Gabah/1,5 m2


2,5 cm

5,0 cm

7,5 cm


9,7

9,0

8,7



1,08 kg

1,10 kg

0,98 kg

Pemeliharaan

  1. Penyulaman

Penyulaman sebaiknya dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. Bila lebih lama, masaknya padi akan tidak serentak.

  1. Penyiangan

Lahan yang diolah sempurna memang tampak sudah bersih dari berbagai macam benih tanaman pengganggu atau gulma. Oleh karena itu penyiangan sangat diperlukan agar tanaman padi dapat tumbuh sempurna sehingga produktivitasnya semakin tinggi. Gulma yang sering mengganggu pertanaman padi umumnya berupa jenis rerrumputan yang bijinya dapat disebarkan angin. Oleh karena itu, penyebaran rerumputan di areal persawahan sangat cepat. Selainjenis rerumputan, gulma pada tanaman padi pun dapat berupa tanaman lain seperti eceng. Adapun beberapa jenis gulma pada tanaman padi sebagai berikut :

  • Jajagoan,

  • Sunduk gangsir,

  • Rumput Teki,

  • Eceng .

Cara penyiangan dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara mencabut gulma. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar empat minggu, kedua umur 35 hari, dan ketiga umur 55 hari.

  1. Pemasukan dan Pengeluaran air

Meskipun secara umum air yang tergenang dibutuhkan padi sawah namun ada saatnya sawah harus dikeringkan agar pertumbuhan dan produktivitas baik. Adapun penggenangan sawah harus dilakukan pada saat :

  1. Awal Pertumbuhan

Tinggi genangan 2-5 cm dari permukaan tanah dilaksanakann selama 15 hari dengan tujuan agar struktur tanah yang diperoleh saat pengolahan dapat dipertahankan & juga dapat menghambat pertumbuhan gulma.

  1. Pembentukan Anakan

Pada fase ini ketinggian genangan adalah 3-5 cm bila > 5 cm pembentukan anakan/tunas terhambat sedangkan jika <>

  1. Masa Bunting

Pada masa ini, air dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga ketinggian air sekitar 10 cm karena apabila pada fase ini kekurangan air dapat berakibat matinya primordia.

  1. Pembungaan

Air dipertahankan antara 5-10 cm. bila tampak keluar bunga sawah perlu dikeringkan selama 4-7 hari agar bunga berlangsung secara serentak. Setelah bunga muncul serentak air dimasukkan lagi dengan ketinggian 5-10 cm. Sedangkan pengeringan sawah dilakukan pada saat :

  • Menjelang Bunting

Pengeringan ini bertujuan untuk menghentikan pembentukan anakan atau tunas karena pada saat ini tanaman mulai memasuki fase pertumbuhan generated. Lama pengeringan lahan sekitar 4-5 hari.

  • Pemasakan Biji

Tujuannya adalah untuk menyeragamkan biji & mempercepat pemasakan biji, sebagai patokan pengeringan adalah saat seluruh bulir padi mulai menguning pengeringan ini dilaksanakan hingga saat padi dipanen.

  1. Pemupukan

Ciri utama budidaya padi organic adalah tidak menggunakan pupuk kimia atau pupuk buatan pabrik. Seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organiK, mulai dari pemupukan awal atau dasar hingga pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapat berbentuk padat yang diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat daun.

  1. Pupuk Dasar

Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton/ha. Pupuk kandang diberikan bersamaan dengan pembajakan kedua. Cara pemberiannya dengan disebarkan merata keseluruh permukaan tanah. Terkadang untuk memperoleh pupuk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton agak sulit. Sebagai gantinya dapat digunakan pupuk fermentasi atau bokashi ini lebih hemat dibanding pupuk kandang atau kompos, cukup 1,5 – 2 ton/ha. Selain hemat, penggunaan pupuk fermentasi pun lebih baik karena mengandung mikroba pengurai sebagai tambahan kesuburan tanah.

  1. Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan pada budidaya padi secara organik dilakukan tiga tahap selama satu musim tanam. Pemupukan tahap pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 15 hari. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang matang sebanyak 1 ton/ha sedangkan untuk fermentasi sebanyak 0,5 ton/ha. Pemupukan susulan kedua dilakukan saat tanaman berumur 25 – 60 hari dengan frekuensi seminggu sekali. Jenis pupuk yang digunakan pupuk organik cair buatan sendiri yang kandungan unsur N nya tinggi. Dosisnya sebanyak 1 liter pupuk yang dilarutkan dalam 17 liter air. Cara pemberiannya dengan disemprotkan pada daun tanaman. Pemupukan susulan ketiga dilakukan pada saat tanaman memasuki fase generatif atau pembentukan buah, yaitu setelah tanaman berumur 60 hari. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik cair yang mengandung unsure P dan K tinggi. Dosisnya 2-3 sendok makan pupuk P organik yang dicampur dalam 15 liter atau satu tangki kecil pupuk K organik. Pupuk tersbut disemprotkan ke tanaman dengan frekuensi seminggu sekali. Pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah tampak menguning.

  1. Hama dan Penyakit

Hama yang penting yang sering menyerang tanaman padi secara organic adalah sebagai berikut :

  1. Wereng

Ciri serangan yaitu menghisap cairan pada pangkal batang & bulir padi yang masih lunak sehingga tanaman menjadi layu, menguning dan mati. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organik, teknik budidaya.

  1. Walang Sangit

Ciri serangan yaitu menghisap bulir-bulir padi yang baru berisi sehingga menyebabkan bulir padi hampa. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Penggerek Batang

Ciri serangan yaitu menyerang pada fase bunting/ berbunga sehingga menjadi kering karena pangkalnya terpotong. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Ganjur

Ciri serangan yaitu memakan bagian tanaman diantara dasar titik tumbuh dan pucuk tanaman. Sehingga daun menjadi mirip seperti daun bawang merah. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Tikus

Ciri serangan menyerang tanaman padi ulai dari masih dipersemaian, stadia vegetatif maupun setelah pembentukan biji. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organik, teknik budidaya.

  1. Burung Pemakan Biji-bijian

Hama ini memakan biji yang sudah berisi baik yang masih muda maupun siap panen. Pengendaliannya yaitu secara mekanis, menakut-nakuti dengan pembuatan orang –orang disekitar pertanaman padi tersebut.

Penyakit yang penting yang sering menyerang tanaman padi sawah secara organik adalah :

  1. Bercak Coklat

Gejala serangan : timbul bercak-bercak coklat seperti biji wijen pada daun/gabah, sehingga dapat berakibat kehilangan hasil sampai 50 % dan kualitas biji rendah. Pengendalian dengan memperbaiki kesuburan tanah, penyemprotan fungisida organik.

  1. Blash

Gejala serangan yaitu muncul bercak berbentuk seterti mata pada daun padi. Pengendaliannya dengan menghindari prnggunaan pupuk buatan berkadar N tinggi. Dan juga bias disemprot dengan fungisida organik.

  1. Tungro

Tungro Gejala serangan yaitu tanaman menjadi kerdil dan daun berwarna kuning/orange serangan terjadi pada tanaman yang masih muda. Pengendalian dengan sanitasi lingkungan dan mnggunakan serangga vector untuk mengendalikan wereng.

  1. Panen

Panen apabila butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80 % & tangkainya sudah menunduk. Pada saat panen Batang disisakan setinggi 20 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya gabah bisa ditransfer lebih lanjut.


PUSTAKA

Andoko Agus,2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sutanto Rachman,2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta.

Sutedjo.MM.Ir dan Kartasapoetra,Ir. 1988. Budidaya Tanaman Padi Pasang Surut. Bina Aksara: Jakarta.