29 September 2008

Seluruh THL-TBPP Kota Banjarbaru

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H
Mohon Maaf Lahir & Batin

ARTIKEL PERTANIAN (THL-TBPP BJB)

BUDIDAYA PADI ORGANIK

(Oryza Sativa L)

Oleh :

Fahrul Zani, SST


Pendahuluan

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Pertanian organik merupakan tuntutan zaman, bahkan sebagai pertanian masa depan. Akhir – akhir ini kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan makin meningkat. Oleh karena dibudidayakan tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia maka produk pertanian organik inipun terbebas dari residu zat berbahaya. Manusia sebagai konsumen akhir produk pertanian akan merasa aman dan terjaga kesehatannya.

Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar. Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan bibit atau benih tanaman non-hibrida. Selain mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit non-hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara organik.

Teknik Budidaya Padi Organik

Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaan hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar.

Pemilihan Varietas

Tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami. Agar berproduksi maksimal, jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia. Memang dampak pertanian modern yang hanya menggunakan varietas unggul atau hibrida adalah merosotnya kenekaragaman hayati varietas alami. Untunglah dari berbagai survey diperoleh bahwa masih ada beberapa tempat di Indonesia yang sawah petaninya ditanami varietas alami. Oleh karena itu, untuk keperluan penanaman padi organik, petani tidak terlalu sulit mendapatkan benihnya.

Padi varietas alami dapat dipilih untuk ditanam secara organik antara lain adalah rojolele, mentik, pandan, dan lestari. Di Indonesia, padi rojolele merupakan padi berkualitas terbaik untuk dikonsumsi sehingga harganyapun paling mahal. Sayangnya padi rojolele tergolong berumur dalam, yaitu dipanen setelah berumur 150 hari atau lima bulan setelah tanam. Sementara padi pandan, lestari, dan mentik berumur genjah yaitu sekitar 100 hari atau sekitar tiga bulan sudah dapat panen. Memang kualitas padi pandan, lestari dan mentik tidak sebagus padi rojolele, tetapi masih banyak konsumen yang menyukainya karena rasanya pulen dan empuk.

Pembenihan

Pembenihan merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi karena pada umumnya ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan terlebih dahulu ditempat lain. Pembenihan pada budidaya padi secara organik pada dasarnya tidak berbeda dengan pembenihan pada budidaya padi biasa.

  1. Seleksi Benih

Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik walaupun perawatan seperti pemberian pupuk dan pengendalian hama dan penyakit sudah dilakukan dengan benar. Umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit, dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki. Benih yang baikpun harus tinggi daya kecambahnya, paling tidak harus mencapai 90 %. Benih dengan kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan tanaman yang sehat, kekar, kokoh dan pertumbuhan seragam.

  1. Kebutuhan Benih

Salah satu kebutuhan umumnya dilakukan petani Indonesia tetapi sudah dianggap biasa adalah penggunaan benih yang berlebihan. Petani biasanya menyediakan benih sampai sekitar 45 kg untuk setiap hektar tanah yang akan ditanaminya. Dengan asumsi jarak tanam rata – rata 25 cm 25 cm maka setiap hektarnnya

Sawah akan dapat memuat 160.000 rumpun bibit padi. Bila setiap rumpun terdiri dari 4 bibit padi maka jumlah butir gabah yang diperlukan sebanyak 640.000. berat gabah berbas sebanyak itu hanyalah sekitar 20 – 25 kg saja. Dengan asumsi daya tumbuh 90 5 maka jumlah benih yang dibutuhkan maksimal hanya 30 kg.

  1. Penyiapan Tempat Pembenihan

Menyiapkan tempat pembenihan pada prinsipnya sama dengan menyiapkan lahan pertanaman. Bagian sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkul merata sedalam kira – kira 30 cm. Selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara pencangkulan ulang menjadi bagian – bagian yang lebih kecil dan selanjutnya diinjak – injak sampai lumer. Bersamaan dengan penghalusan ini, lahan sawah dapat ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 40 kg setiap 35 m 2 dengan cara ditebar merata. Selanjtnya pupuk kandang tersebut diinjak – injak sehingga menyatu dengan tanah. Bila tanah tidak cukup subur ( dapat dilihat dari tingkat kesuburan tanaman sebelumnya ), jumlah pupuk kandang yang diberikan dapat ditingkatkan menjadi 100 kg per 35 m 2. Cara pemberiannya sama dengan pada tanah subur.

  1. Mengecambahkan Benih

Benih yang sudah terseleksi selanjutnya dikecambahkan dahulu sebelum disebar di persemaian. Caranya, benih direndam dalam air bersih selama sekitar dua hari sehingga menyerap air. Air pada benih ini akan digunakan dalam proses perkecambahan.

Penyiapan lahan

Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan – bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan halus. Selain kehalusan tanah, ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. Bila air penanaman cukup banyak maka akan banyak unsur hara dalam koloid yang dapat larut. Keadaan ini akan berakibat makin banyak unsur hara yang dapat diserap akar tanaman.

Butiran tanah yang lunak dan halus ini disebut koloid. Di dalam koloid ini terikat bermacam – macam unsur hara yang penting bagi tanaman sperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan kalsium (Ca). Langkah awal pengolahan tanah sawah adalah memperbaiki pematang sawah. Perbaikan pematang sawah dilakukan dengan cara ditinggikan dan lubang – lubang ditutup kembali. Adanya lubang memungkinkan air dapat keluar dari lahan. Pembajakan dapa dilakukan dengan menggunakan traktor atau cara tradisional dengan tenaga hewan ( biasanya memanfaatkan kerbau ). Kedua cara ini dapat dipilih asalkan tujuan pembajakan dapat tercapai, yaitu pembalikan tanah. Selain pembalikan tanah, pembajakanpun bermanfaat untuk mengendalikan gulma.

Tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas. Pada kedalaman tertentu, produksi padi akan maksimal seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Kedalaman Pengolahan Tanah Terhadap Hasil Panen.

Kedalaman Pengolah Tanah ( cm )

Hasil Panen ( g/rumpun )

8

12

16

20

24

28

32

12,4

18,2

20,8

23,2

26,4

27,9

27,5

Sumber : Hadrian Siregar, 1987

Penanaman

Bila lahan sudah siap ditanami dan bibit dipersemaian sudah memenuhi syarat maka penanaman akan segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk dipindahkan kelahan penanaman adalah sekitar 25 cm, memiliki 5 -6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit, serta jenisnya seragam.

Umur bibit berpengaruh terhadap produktivitas. Varietas genjah ( 100-115 hari ), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 18 -21 hari. Varietas sedang ( sekitar 130 hari ), umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 21 – 25 hari. Sementara varietas dalam sekitar 150 hari, umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 30 – 45 hari. Jarak tanam di lahanpun mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas padi. Penentuan jarak tanam sendiri dipengaruhi oleh dua factor, yaitu sifat varietas dan kesuburan tanah. Bila varietasnya memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari padi yang memiliki sifat merumpun rendah. Sementara bila sawah lebih subur, jarak tanam harus lebih subur, jarak tanam harus lebih lebar dibanding tanah kurang subur. Jarak tanam yang paling banyak digunakan petani di Indonesia adalah 25 cm 25 cm dan 30 cm 30 cm. jumlah bibit yang dimasukkan kedalam setiap rumpun adalah 3 -4 tergantung kondisi bibit dan sifat varietas. Bila kondisi bibitnya kokoh dan sehat serta varietasnya berumpun banyak amak setiap rumpun cukup ditanam sebanyak tiga bibit saja..

Di banyak tempat sering terjadi bibit dibenamkan terlalu dalam, terlebih pada tanah yang melumpur lunak sempurna. Padahal bibit yang terlalu dalam dibenamkan akan berakibat pada berkurangnya jumlah anakan tanaman. Ini terjadi karena semakin dalam pembenamannya maka akan semakin berkurang suhu tanahnya sehingga mata tunas yang ad dibagian bawah bibit tidak akan memperoleh rangsangan berbentuk anakan. Tabel 2 menunjukkan pengaruh kedalaman pembenaman bibit terhadap hasil panen.

Tabel 2. Pengaruh Kedalaman Pembenaman Bibit terhadap Produktivitas

Kedalaman

Jumlah Bulir/Rumpun

Hasil Gabah/1,5 m2


2,5 cm

5,0 cm

7,5 cm


9,7

9,0

8,7



1,08 kg

1,10 kg

0,98 kg

Pemeliharaan

  1. Penyulaman

Penyulaman sebaiknya dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. Bila lebih lama, masaknya padi akan tidak serentak.

  1. Penyiangan

Lahan yang diolah sempurna memang tampak sudah bersih dari berbagai macam benih tanaman pengganggu atau gulma. Oleh karena itu penyiangan sangat diperlukan agar tanaman padi dapat tumbuh sempurna sehingga produktivitasnya semakin tinggi. Gulma yang sering mengganggu pertanaman padi umumnya berupa jenis rerrumputan yang bijinya dapat disebarkan angin. Oleh karena itu, penyebaran rerumputan di areal persawahan sangat cepat. Selainjenis rerumputan, gulma pada tanaman padi pun dapat berupa tanaman lain seperti eceng. Adapun beberapa jenis gulma pada tanaman padi sebagai berikut :

  • Jajagoan,

  • Sunduk gangsir,

  • Rumput Teki,

  • Eceng .

Cara penyiangan dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara mencabut gulma. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar empat minggu, kedua umur 35 hari, dan ketiga umur 55 hari.

  1. Pemasukan dan Pengeluaran air

Meskipun secara umum air yang tergenang dibutuhkan padi sawah namun ada saatnya sawah harus dikeringkan agar pertumbuhan dan produktivitas baik. Adapun penggenangan sawah harus dilakukan pada saat :

  1. Awal Pertumbuhan

Tinggi genangan 2-5 cm dari permukaan tanah dilaksanakann selama 15 hari dengan tujuan agar struktur tanah yang diperoleh saat pengolahan dapat dipertahankan & juga dapat menghambat pertumbuhan gulma.

  1. Pembentukan Anakan

Pada fase ini ketinggian genangan adalah 3-5 cm bila > 5 cm pembentukan anakan/tunas terhambat sedangkan jika <>

  1. Masa Bunting

Pada masa ini, air dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga ketinggian air sekitar 10 cm karena apabila pada fase ini kekurangan air dapat berakibat matinya primordia.

  1. Pembungaan

Air dipertahankan antara 5-10 cm. bila tampak keluar bunga sawah perlu dikeringkan selama 4-7 hari agar bunga berlangsung secara serentak. Setelah bunga muncul serentak air dimasukkan lagi dengan ketinggian 5-10 cm. Sedangkan pengeringan sawah dilakukan pada saat :

  • Menjelang Bunting

Pengeringan ini bertujuan untuk menghentikan pembentukan anakan atau tunas karena pada saat ini tanaman mulai memasuki fase pertumbuhan generated. Lama pengeringan lahan sekitar 4-5 hari.

  • Pemasakan Biji

Tujuannya adalah untuk menyeragamkan biji & mempercepat pemasakan biji, sebagai patokan pengeringan adalah saat seluruh bulir padi mulai menguning pengeringan ini dilaksanakan hingga saat padi dipanen.

  1. Pemupukan

Ciri utama budidaya padi organic adalah tidak menggunakan pupuk kimia atau pupuk buatan pabrik. Seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organiK, mulai dari pemupukan awal atau dasar hingga pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapat berbentuk padat yang diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat daun.

  1. Pupuk Dasar

Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton/ha. Pupuk kandang diberikan bersamaan dengan pembajakan kedua. Cara pemberiannya dengan disebarkan merata keseluruh permukaan tanah. Terkadang untuk memperoleh pupuk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton agak sulit. Sebagai gantinya dapat digunakan pupuk fermentasi atau bokashi ini lebih hemat dibanding pupuk kandang atau kompos, cukup 1,5 – 2 ton/ha. Selain hemat, penggunaan pupuk fermentasi pun lebih baik karena mengandung mikroba pengurai sebagai tambahan kesuburan tanah.

  1. Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan pada budidaya padi secara organik dilakukan tiga tahap selama satu musim tanam. Pemupukan tahap pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 15 hari. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang matang sebanyak 1 ton/ha sedangkan untuk fermentasi sebanyak 0,5 ton/ha. Pemupukan susulan kedua dilakukan saat tanaman berumur 25 – 60 hari dengan frekuensi seminggu sekali. Jenis pupuk yang digunakan pupuk organik cair buatan sendiri yang kandungan unsur N nya tinggi. Dosisnya sebanyak 1 liter pupuk yang dilarutkan dalam 17 liter air. Cara pemberiannya dengan disemprotkan pada daun tanaman. Pemupukan susulan ketiga dilakukan pada saat tanaman memasuki fase generatif atau pembentukan buah, yaitu setelah tanaman berumur 60 hari. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik cair yang mengandung unsure P dan K tinggi. Dosisnya 2-3 sendok makan pupuk P organik yang dicampur dalam 15 liter atau satu tangki kecil pupuk K organik. Pupuk tersbut disemprotkan ke tanaman dengan frekuensi seminggu sekali. Pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah tampak menguning.

  1. Hama dan Penyakit

Hama yang penting yang sering menyerang tanaman padi secara organic adalah sebagai berikut :

  1. Wereng

Ciri serangan yaitu menghisap cairan pada pangkal batang & bulir padi yang masih lunak sehingga tanaman menjadi layu, menguning dan mati. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organik, teknik budidaya.

  1. Walang Sangit

Ciri serangan yaitu menghisap bulir-bulir padi yang baru berisi sehingga menyebabkan bulir padi hampa. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Penggerek Batang

Ciri serangan yaitu menyerang pada fase bunting/ berbunga sehingga menjadi kering karena pangkalnya terpotong. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Ganjur

Ciri serangan yaitu memakan bagian tanaman diantara dasar titik tumbuh dan pucuk tanaman. Sehingga daun menjadi mirip seperti daun bawang merah. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organi, teknik budidaya.

  1. Tikus

Ciri serangan menyerang tanaman padi ulai dari masih dipersemaian, stadia vegetatif maupun setelah pembentukan biji. Pengendalian dengan secara fisik, biologi, pestisida organik, teknik budidaya.

  1. Burung Pemakan Biji-bijian

Hama ini memakan biji yang sudah berisi baik yang masih muda maupun siap panen. Pengendaliannya yaitu secara mekanis, menakut-nakuti dengan pembuatan orang –orang disekitar pertanaman padi tersebut.

Penyakit yang penting yang sering menyerang tanaman padi sawah secara organik adalah :

  1. Bercak Coklat

Gejala serangan : timbul bercak-bercak coklat seperti biji wijen pada daun/gabah, sehingga dapat berakibat kehilangan hasil sampai 50 % dan kualitas biji rendah. Pengendalian dengan memperbaiki kesuburan tanah, penyemprotan fungisida organik.

  1. Blash

Gejala serangan yaitu muncul bercak berbentuk seterti mata pada daun padi. Pengendaliannya dengan menghindari prnggunaan pupuk buatan berkadar N tinggi. Dan juga bias disemprot dengan fungisida organik.

  1. Tungro

Tungro Gejala serangan yaitu tanaman menjadi kerdil dan daun berwarna kuning/orange serangan terjadi pada tanaman yang masih muda. Pengendalian dengan sanitasi lingkungan dan mnggunakan serangga vector untuk mengendalikan wereng.

  1. Panen

Panen apabila butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80 % & tangkainya sudah menunduk. Pada saat panen Batang disisakan setinggi 20 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya gabah bisa ditransfer lebih lanjut.


PUSTAKA

Andoko Agus,2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sutanto Rachman,2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta.

Sutedjo.MM.Ir dan Kartasapoetra,Ir. 1988. Budidaya Tanaman Padi Pasang Surut. Bina Aksara: Jakarta.

27 September 2008

ARTIKEL PERTANIAN (THL-TBPP BJB)

Mengembangkan Penyuluhan Pertanian Partisipatif

Oleh :

Fahrul Zani, SST

Penyuluhan pertanian telah memainkan peran penting dalam peningkatan produksi pertanian di Indonesia selama tahun 1970-an sampai tahun 1980-an. BIMAS, misalnya, mencapai kesuksesannya dengan revolusi hijau yaitu sebuah program irigasi persawahan. Praktek yang digunakan pada penyuluhan pertanian pada waktu itu adalah sistem latihan dan kunjungan yang berdasarkan pada model alih teknologi (Transfer of Technology/ToT). Sistem latih dan kunjung ini terbukti sukses dalam mencapai tujuan jangka pendek dari pemerintah yang terpusat. Khususnya pada masyarakat yang hirarkis dengan struktur demokrasi yang lemah, sebagaimana keadaan Indonesia selama Orde Baru, sistem latihan dan kunjungan dapat menjadi alat yang berguna dalam melaksanakan program pembangunan pertanian yang dirancang secara terpusat.

Namun begitu, sistem tersebut, karena didasarkan pada prinsip 'menetes ke bawah' (trickle down), dalam prakteknya menemui kegagalan. Kelemahan sistem ini terungkap selama tahun 1980-an di mana areal yang cocok untuk produksi padi mulai berkurang. Banyak langkah yang ditempuh, namun tidak menjadikan sebuah proses berkelanjutan. Teknologi yang dikembangkan oleh pusat-pusat penelitian diberikan kepada kontak tani andalan melalui para Penyuluh Pertanian dengan asumsi bahwa petani lain akan mengambil alih teknologi tersebut ketika mereka melihat bukti keberhasilannya. Namun banyak dari teknologi baru tersebut ternyata tidak sesuai dengan kondisi lokal, khususnya pada petani-petani yang miskin sumber daya. Ketika diadopsi oleh kontak tani, proses trickle down ini tidak berfungsi dan kesenjangan dengan petani yang miskin sumber daya malah menjadi semakin tinggi.

Masyarakat lokal tidak memiliki pengaruh atau kontrol tehadap program penelitian dan penyuluhan, dan teknologi yang tidak tepat sering dipromosikan oleh badan-badan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian juga tidak mengakomodasi kebutuhan petani, dan tidak dapat mengantisipasi keberagaman yang ada di masyarakat Indonesia, secara agro-ekologis, sosial ekonomi, dan budaya. Penyuluhan pertanian juga tidak memperhatikan pengetahuan lokal masyarakat dan tidak merangsang masyarakat untuk menjadi inovatif dan kreatif.

Selain ketidaksesuaiannya, penyuluhan pertanian dulunya menjadi alat pendukung 'paket pemasukan pertanian' yang dijalankan oleh pemerintah. Hal ini menciptakan ketergantungan petani terhadap lembaga kredit serta lembaga lain yang sebagian besar adalah milik pemerintah. Penyuluhan pertanian selama ini berdasarkan proyek dan bukan aktifitas rutin atau pelayanan. Berdasarkan keadaan di atas, kebutuhan terhadap pendekatan pelayanan yang spesifik lokasi, berpusat pada masyarakat, dan partisipatif mulai muncul.

Pada awal tahun 1990-an pemerintah Indonesia mulai berfokus pada pemberian pelayanan penyuluhan pertanian yang terdesentralisasi untuk lebih memenuhi kebutuhan petani dan mengakomodasikan perbedaan-perbedaan di daerah. Sebuah laporan Bank Dunia pada tahun 1995 mengidentifikasi kelemahan-kelemahan penyuluhan pertanian di Indonesia. Antara lain, kurangnya partisipasi masyarakat, kesalahan penempatan pada fokus penyuluhan, mekanisme dan metodologi penyuluhan yang top-down serta kurangnya koordinasi antara sub-sektor.

Hal ini manghasilkan SK baru pada tahun 1996 (SK No. 54 tahun 1996, 301/Kpts/LP.120/4/96) yang mentransfer aktifitas penyuluhan pertanian dari empat dinas yang berhubungan dengan pertanian (peternakan, perikanan, pertanian dan perkebunan) ke badan lain yang baru dibentuk yaitu Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP) pada tingkat Kabupaten. Surat Keputusan tersebut menjelaskan penyuluhan pertanian sebagai 'sebuah bentuk pendidikan non formal untuk petani dan keluarganya untuk mengembangkan dinamika dan kapasitasnya dalam rangka peningkatan taraf hidup mereka dan peran mereka sebagai pelaku dan pengontrol pembangunan pertanian'.

Definisi ini mengimplikasikan adanya sebuah perubahan besar pada fokus, metodologi dan peran penyuluhan pertanian. Namun tuntunan dan dukungan praktis terhadap BIPP tidak diberikan, maka kebanyakan dari penyuluhan pertanian bekerja kembali seperti semula.

Pendekatan partisipatif pada penyuluhan pertanian telah dikembangkan dan dilaksanakan oleh banyak LSM sejak tahun 1980-an, walaupun pelaksanaannya hanya terbatas pada skala kecil. Namun pendekatan baru tersebut terbukti sukses dan beberapa program pemerintah mulai mengadopsinya selama tahun 1990-an. Proyek yang didukung FAO "Integrated Pest Management Farmer Field Schools Project" misalnya mencapai kesuksesan dalam upayanya untuk mengurangi penggunaan pestisida dan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pengetahuan dan pengalaman petani merupakan tiang utama pendekatan proyek tersebut.

Berdasarkan UU No. 22 dan UU No. 25 tahun 1999 tentang desentralisasi di Indonesia, Departemen Pertanian dalam 'Paradigma Penyuluhan Pertanian Abad ke-21' (1999) mencita-citakan penyuluhan pertanian yang berfokus pada 'pemberdayaan masyarakat pedesaan' dari pada alih teknologi. Penyuluhan pertanian partisipatif adalah ciri dari desentralisasi dan dapat memainkan peran penting dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan dan dalam sistem perencanaan bottom-up.

Empat tiang utama dari paradigma tersebut adalah:

  1. Reorientasi Penyuluhan Pertanian: dari orientasi top-down ke sistem perencanaan bottom-up; dari orientasi target komoditas ke orientasi menyeluruh dan spesifik lokasi, serta dari petani sebagai objek ke petani sebagai subyek pembangunan pertanian.

  2. Reposisi Penyuluh: dari perannya sebagai saluran teknologi baru ke fungsi sebagai fasilitator proses partisipatif dan sebagai konsultan pada tingkat masyarakat.

  3. Reorganisasi Balai Penyuluhan Pertanian: ke arah otonomi, professional dan berorientasi klien

  4. Revitalisasi Kepemimpinan Petani: untuk meningkatkan peran petani sebagai ahli dan professional, serta untuk meningkatkan kapasitas petani untuk mengembangkan kerjasama strategis dengan instansi yang terkait dan sektor swasta. Juga untuk meningkatkan kapasitas petani sebagai manajer proses pembelajaran dan penyuluhan.

Konteks perubahan yang dipaparkan di atas memberikan peluang yang besar untuk meningkatkan pelayanan penyuluhan pertanian. Beberapa organisasi dan proyek telah mencoba untuk mengakomodasi peluang tersebut dengan tindak nyata. Beberapa proyek yang mencoba untuk meningkatkan kapasitas badan pemerintah untuk melaksanakan pendekatan partisipatif, mereka antara lain KUF/GTZ, DAFEP (WB), dan DELIVERI (Pemerintah Indonesia dan Inggris).Di Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, BIPP bekerjasama dengan Program DELIVERI selama tiga tahun membuktikan bahwa penyuluhan pertanian yang berorientasi klien dan partisipatif dapat berhasil dilaksanakan oleh badan pemerintah. Program ini tidak hanya berfokus pada metode penyuluhan partisipatif, tetapi juga pada adopsi dan adaptasi sistem manajemen baru tersebut ke dalam badan pelaksana. Selama kerjasama tiga tahun pelatihan, lokakarya dan rapat intensif diadakan.

Namun faktor penentu perubahan adalah bagaimana mencobakan konsep baru dan mengeksplorasi gagasan-gagasan baru di lapangan dan di tingkat lembaga, serta memulai sebuah proses belajar dan peningkatan yang terus berlangsung berdasarkan pengalaman. Proses tersebut dimulai di dua kecamatan dan secara bertahap dikembangkan menjadi empat kecamatan setelah satu tahun, dan delapan kecamatan setelah tiga tahun (ini mencakup 40% dari seluruh wilayah kabupaten).

Melalui proses yang iteratif (proses yang berjalan mengikuti proses sebelumnya) ini, BIPP Bolaang Mongondow mengembangkan model penyuluhan pertanian partisipatif sendiri, berdasarkan pengalamannya sendiri dan terus melakukan peningkatan. Pengalaman yang berbeda mengarahkan terciptanya pendekatan yang berbeda di antara kecamatan. Keragaman pun telah diterima sebagai sebuah peluang untuk saling belajar.

Buku panduan ini memberikan informasi tentang pengenalan dan pelembagaan penyuluhan pertanian partisipatif. Panduan ini disusun berdasarkan pengalaman kerjasama BIPP Bolaang Mongondow dengan program DELIVERI dan dari proyek-proyek lain.

Kantor BPP

1. BPP LANDASAN ULIN
2. BPP CEMPAKA
3. BPP BANJARBARU

Pertemuan Rutin Bulanan THL-TBPP




Bertempat di BPP Cempaka Yang dihadiri oleh :
Kasie Penyuluhan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru,
Kepala BPP Cempaka, Penyuluh PNS dan THL-TB PP.

Penyuluh WKBPP Wilayah Pemekaran

1. Eddy Sugianto
THL-TBPP Kelurahan Landasan Ulin Barat
2. Fahrul Zani, SST
THL-TBPP Kelurahan Landasan Ulin Selatan

9 INDIKATOR

ARTIKEL PERTANIAN

PERTANIAN BERKELANJUTAN

Oleh :

THL-TB Penyuluh Pertanian Kota Banjarbaru


Pendahuluan

Pertanian pada hakekatnya merupakan usaha yang sangat bergantung pada alam. Meski terkadang dapat direkayasa dengan teknologi namun sebagian besar akan masih menjadi ganjalan utama pada pengembangan pertanian kita sehingga iklim & lahan merupakan komponen utama yang mempengaruhi keberhasilan usaha tani. Oleh karena itu maka dalam berusaha tani petani haruslah melakukan upaya demi kelestarian alam agar usaha taninya berhasil dan berkelanjutan.

Agar kualitas dan produktivitas sumber daya alam dapat terpelihara sehingga mampu menjamin pengembangan pertanian yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang, maka usaha pertanian yang dikembangkan harus mengakomodir aspek kelestarian lingkungan dalam seluruh rangkaian kegiatannya bentuk dari akomodasi itu adalah melakukan usaha tani yang ramah lingkungan dan juga memperhatikan korbanan lahan sehingga masukan pada lahan juga diusahakan sebanding dengan korbanannya.

Sistem usaha tani juga memperhatikan keseimbangan lingkungan ini biasanya disebut sebagai pertanian berkelanjutan. Sistem pertanian berkelanjutan pada hakekatnya yaitu back to nature, yakni suatu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah,serasi, selaras & seimbang dengan lingkungan/ pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah – kaidah alamiah. Selain itu berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai “menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”, sehingga dengan sistem pertanian berkelanjutan diharapkan pertanian kita mampu berdaya saing, bekerakyatan, berkelanjutan dan desentralistik.

Pupuk Buatan Hanya Sebagai Suplemen

Seperti yang kita ketahui bersama pupuk terdiri dari dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik atau yang biasa kita sebut dengan pupuk buatan. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari alam, misalnya : pupuk hijau, pupuk kandang, kompos dan sebagainya. Sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang terbuat dari pabrik yang sudah ditentukan kandungan-kandungan unsur yang terkandung didalamnya, misalnya urea mengandung unsur (N), TSP / SP-36 yang mengandung unsur P dan KCL yang mengandung unsur K. Pupuk N,P, dan K tersebut merupakan pupuk makro yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak oleh tanaman, sedangkan pupuk mikronya seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Bo, dll, dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit.

Dalam pemberian pupuk buatan sebaiknya diberikan hanya sebagai suplemen atau unsur hara tambahan dalam jumlah yang berimbang yang diberikan kepada tanaman untuk memenuhi kebutuhan suplemen bagi tanaman yang diberikan dengan tepat, baik tepat cara, waktu, jenis, dan tepat dosis, sehingga diharapkan nantinya tanaman dapat tumbuh baik dan berproduksi secara optimal yang sesuai dengan yang kita harapkan.

Pemberian pupuk buatan sebaiknya bahkan seharusnya di imbangi dengan pemberian pupuk organik sehingga diharapkan produktiviatas lahan dapat bertahan lama dan dapat berkelanjutan. Pemberian pupuk buatan yang berlebihan tanpa diimbangi pemberian pupuk organik baik pupuk hijau daun, pupuk kandang, kompos, bokasi, dll, akan menyebabkan produktivitas lahan menurun seperti pemadatan tanah, tanah miskin hara, mikroorganisme tanah sedikit, dsb.

Cara Menjaga Kesuburan Tanah

Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain sebagai media tumbuh tanaman, tanah juga berfungsi untuk tempat penyedia unsur hara yang dapat menjadi makanan bagi tanaman. Tanah yang subur adalah tanah yang banyak mengandung unsur hara, sebaliknya apabila tanah tidak subur maka tanah tersebut kurang mengandung usaur hara bagi tanaman. Mengingat akan pentingnya unsur hara bagi tanaman, maka kiranya perlu untuk menjaga kesuburan tanah antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Dalam melakukan usaha tani, haruslah menerapkan kaidah – kaidah konservasi, misalnya : membuat teras siring pada tanah – tanah lereng agar tanah permukaan yang banyak mengandung bahan organik tidak banyak yang larut sewaktu hujan,

  2. Mengurangi penggunaan input – input luar seperti pupuk anorganik, pestisida, dll. Karena dengan penggunaan input luar yang terus menerus dapat menyebabkan produktivitas lahan semakin menurun akibat residu bahan kimianya.

Upaya Untuk Mempertahankan Bahan Organik Dalam Tanah

Bahan Organik merupakan komponen yang penting dalam tanah, karena selain dapat berfungsi sebagai penyedia unsur hara, bahan organik juga dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah agar menjadi lebih baik. Semakin banyak bahan organik yang dikandung oleh tanah maka semakin subur tanah tersebut. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mempertahankan jumlah bahan organik diantaranya melalui :

  1. Pengembalian sisa tanaman/ limbah tanaman setelah panen, agar terjadi keseimbangan antara yang dikelurkan dengan yang dikembalikan.

  2. Memanfaatkan limbah ternak (kotoran ternak) untuk digunakan sebagai pupuk

  3. Menanam/ memberi tanaman penutup tanah, agar sewaktu hujan turun tidak terjadi pukulan langsung terhadap tanah, karena dengan adanya pukulan air hujan secara langsung dapat mengurangi B.O. ditanah karean B.O. dapat mengalir bersama aliran permukaan.

  4. Mengolah tanah sesuai dengan kebutuhan serta dalam dalam mengolah tanah tetap mempertahankan kaidah konservasi.

  5. Mengistirahatkan tanah (diberokan)

Penyebab Terjadinya Peledakan Hama Penyakit

Dalam berusaha tani selain faktor tanah, serangan hama dan penyakit juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Karena meskipun tanahnya baik, tetapi apabila terjadi peledakan hama penyakit adalah sebagai berikut :

  1. Pemakaian pestisida yang kurang bijaksana, artinya disini pestisida yang digunakan kurang sesuai baik dari segi jumlah, jenis dan cara sehingga hama dan penyakit menjadi resisiten.

  2. Penanaman tidak dilakukan secara sereampak

  3. Adanya tanaman inang bagi hama dan penyakit atau bisa dikatakan kurangnya sanitasi lingkungan.

  4. Berkurangnya musuh alami bagi hama dan penyakit.

  5. Penggunaan satu macam atau satu jenis pestisida secara kontinue sehingga menyebabkan hama dan penyakit menjadi kebal.

  6. Musim atau iklim yang terjadi cocok bagi perkembangan hama dan penyakit tanaman.

Sistem Tanam Terpadu

Untuk mencapai suatu keberlanjutan, maka suatu usaha tani haruslah memperhatikan keseimbangan lingkungan, diantaranya adalah melalui sistem tanam terpadu. Adapun maksud dari sistem tanam terpadu adalah suatu sistem tanam yang digunakan untuk mengurangi / menekan peledakan hama dan penyakit tanaman. Adapun perwujudan dari sistem tanam terpadu adalah sebagai berikut :

  1. Melakukan penanaman secara serempak,dengan tanam serempak ini diharapkan dapat memutus siklus Hama dan penyakit.

  2. Melaksanakan tanam secara tumpang sari, misalnya : tumpang sari antara tanaman kapas dengan jagung diharapkan dapat mengurangi perkembangan heliotis pada tanaman kapas.

  3. Melakukan rotasi / pergiliran tanaman.

  4. Melaksanakan sanitasi lingkungan untuk menghindari tumbuhnya tanaman inang bagi hama dan penyakit.

Tanaman Yang Bersih dan Sehat

Dalam berusaha tani tentunya diharapkan dapat diperoleh suatu hasil yang optimal, untuk memperoleh hasil yang optimal tersebut selain faktor tanah, faktor tanaman juga sangat berperan. Oleh karena itu dalam berusaha tani haruslah mengusahakan tanaman yang bersih dan sehat. Tanaman yang bersih bisa diartikan bersih dari kandungan bahan-bahan kimia dan sehat bisa diartikan bahwa tanaman tersebut bebas hama dan penyakit dan juga tanaman tersebut mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal meskipun sedikit atau tidak sama sekali menggunakan input luar.




Koordinator THL-TBPP Kota Banjarbaru